Halo sobat finansialita!! Kalian masi suka ngerasa ga si kok lama-lama perekonomian makin sulit aja. Apalagi dulu waktu pandemic Covid-19, kala itu sulit rasanya untuk bisa mengikuti kebijakan konvensional yang merekomendasikan kita untuk setidaknya memiliki tabungan sebesar 12 bulan pengeluaran kita. Hal ini jadi mustahil banget bagi banyak orang selama pandemic Covid-19 ketika multiplier effect-nya berkaitan dengan tenaga kerja yang harus dirumahkan, pembayaran leasing atau cicilan pesawat terhambat, berbagai vendor dan supplier di bisnis penerbangan mengalami penurunan omset, pariwisata terhenti, berbagai bisnis yang terkait dengan bisnis pariwisata melambat bahkan terhenti dan seterusnya. Pengaruh Covid-19 tidak hanya mempengaruhi Indonesia namun seluruh dunia, dengan menggunakan sumber data Bank Dunia di perkirakan terjadi peningkatan tingkat kemiskinan pada tahun 2020 dari 8.2% di tahun 2019 menjadi 8.6%. Padahal sejak tahun 2014 tren kemiskinan dunia dari 10.6% menjadi 8.1% pada tahun 2019.[1]
Nah, hal ini jadi pelajaran banget buat kita apalagi soal keuangan pribadi kita. Sebelumnya sobat finansialita harus tahu dulu apa itu keuangan pribadi. Dikutip dari Investopedia, keuangan pribadi itu merupakan pengelolaan uang yang dilakukan oleh individu mencakup semua aktivitas mengelola keuangannya nya baik investasi dan juga tabungan. Selain itu juga dapat melingkupi penganggaran, perbankan, asuransi, hipotek, investasi, dan perencanaan pensiun, pajak, dan warisan. Cara seseorang menggunakan uangnya, akan sangat mempengaruhi kebertahanan hidupnya. Sehingga cerdas secara finansial sangat diperlukan untuk dapat mempertahankan kehidupan dengan memaksimalkan pendapatan dan tabungan.
Untuk itu berikut
6 hal yang wajib kita miliki dan ketahui untuk mensukseskan keuangan
pribadi kita :
Yang pertama, Dana Darurat.
Data menunjukkan pada bulan Maret 2021, tingkat tabungan pribadi (mencerminkan
rasio total tabungan pribadi yang sudah dikurangi dengan pendapatan yang
dibelanjakan) menunjukkan lonjakan sebesar 26.6%.[2]
Hal ini dikarenakan selama Covid-19 orang-orang cenderung membelajakan uang
dari tabungannya untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Disamping itu data lain
menunjukkan juga terjadi penurunan angka belanja konsumen dalam jangka pendek,
karena masyarakat akan menyimpan uangnya lebih banyak untuk pertahanannya.[3]
Sehingga adanya pandemic Covid-19 ini menyadarkan kita untuk memiliki dana
darurat untuk sebagai payung keuangan sebagai kesiapan dalam menghadapi
sulitnya rainy day.[4]
Hal ini sejalan dengan teori Keynes dalam bukunya yang berjudul General Theory
yang mengatakan bahwa, seseorang memiliki dasar-dasar motif/alasan dalam
permintaannya terhadap uang. Motif ini dapat berupa motif transaksi, motif
berjaga-jaga ataupun motif spekulasi. Dalam teorinya, Keynes juga memberdakan
antara permintaan uang untuk pembayaran darurat. Motifnya disebut dengan motif
berjaga-jaga. Seseorang dengan motif ini akan cenderung mengalokasikan
pendapatannya tidak hanya kepada kebutuhan atau keinginannya disaat ini, namun
juga akan mengalokasinnya untuk keadaan darurat dimasa yang waktunya tidak bisa
kita ketahui.
Yang kedua, Perencanaan Keuangan. Hal ini menjadi inti dari kebutuhan seseorang dalam keuangan pribadinya. Perencanaan menjadi sebuah fungsi manajemen yang diterapkan baik untuk manajemen organisasi maupun manajemen individu atau bisa kite sebut sebuah keluarga. Perencanaan keuangan akan sangat mempengaruhi tercapaunya tujuan dari individu ataupun organisasi, karena perencanaan keuangan inilah yang menjadi factor utamanya. Sebagai contoh, tidak sedikit perusahaan yang bangkrut karene kesalahan mereka dalam mengelola keuangan. Dan tidak sedikit pula banyak individu yang bahkan sampai tega mengakhiri hidupnya karena lagi-lagi factor kesalahan pengelolaan keuangan yang membuatkan berada dalam kondisi sulit. Hal ini dikarenakan pos dana darurat yang tidak ada dalam perencanaan keuangan seseorang. Sehingga seseorang akan rentan terhadap kondisi buruk. Untuk mempermudah biasanya banyak individu menggunakan prinsip-prinsip perencanaan keuangan, sebagai contoh ada prinsip 10-20-30-40 ada juga yang 20-30-50 dll. Untuk pembahasan lebih lanjut tunggu blog selanjutnya ya!!!
Yang ketiga, Investasi.
Investasi adalah salah satu cara untuk mengelola keuangan pribadi yang
bertujuan untuk mengembangkan aset dalam jangka panjang. Dalam konteks keuangan
pribadi, investasi mencakup berbagai instrumen seperti saham, obligasi, reksa dana,
properti, hingga aset digital seperti cryptocurrency. Investasi tidak hanya
membantu meningkatkan nilai kekayaan tetapi juga melindungi uang dari inflasi
yang dapat menggerus daya beli. Penting untuk diingat bahwa investasi selalu
melibatkan risiko, sehingga perlu dilakukan dengan perencanaan yang matang dan
pemahaman yang baik tentang instrumen investasi yang dipilih. Diversifikasi
portofolio investasi juga menjadi kunci untuk meminimalkan risiko.
Yang keempat,
Pengelolaan Utang. Mengelola utang dengan bijak adalah bagian penting dari
keuangan pribadi. Utang yang tidak terkendali bisa menjadi beban finansial yang
berat dan mengganggu stabilitas keuangan seseorang. Penting untuk memahami
perbedaan antara utang produktif dan utang konsumtif. Utang produktif adalah
utang yang digunakan untuk hal-hal yang dapat menghasilkan pendapatan di masa
depan, seperti pinjaman usaha atau pinjaman pendidikan. Sebaliknya, utang
konsumtif adalah utang yang digunakan untuk membeli barang-barang konsumsi yang
tidak menghasilkan pendapatan, seperti kartu kredit yang digunakan untuk
belanja kebutuhan sehari-hari. Mengelola utang dengan baik termasuk membayar
utang tepat waktu, menghindari bunga tinggi, dan tidak meminjam lebih dari
kemampuan untuk membayar.
Yang kelima, Edukasi
dan Literasi Keuangan. Pengetahuan adalah kekuatan dalam mengelola keuangan
pribadi. Semakin banyak informasi dan pemahaman yang dimiliki seseorang tentang
keuangan, semakin baik mereka dalam membuat keputusan keuangan yang bijak.
Edukasi dan literasi keuangan mencakup pemahaman tentang cara kerja pasar
keuangan, produk keuangan, manajemen risiko, dan perencanaan keuangan jangka
panjang. Dengan literasi keuangan yang baik, seseorang dapat menghindari
kesalahan-kesalahan yang umum dalam pengelolaan keuangan dan dapat memanfaatkan
peluang untuk meningkatkan kesejahteraan finansial. Selain itu, ketika kita melek
secara finansial, kita memiliki landasan penting untuk hubungan cerdas dengan
uang. Ini dapat membantu memulai perjalanan pembelajaran seumur hidup tentang
aspek keuangan kehidupan kita. Semakin dini kita mulai melek finansial, semakin
baik keadaan kita karena pendidikan adalah kunci kesuksesan masa depan
finansial.[5]
Yang keenam, Asuransi.
Asuransi adalah salah satu bentuk perlindungan finansial yang penting. Dengan
memiliki asuransi, seseorang dapat melindungi dirinya dari risiko finansial yang
tak terduga, seperti kecelakaan, penyakit, atau kehilangan pekerjaan. Ada
berbagai jenis asuransi yang dapat dipertimbangkan, termasuk asuransi
kesehatan, asuransi jiwa, asuransi kendaraan, dan asuransi properti. Memilih
asuransi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan dapat memberikan ketenangan
pikiran dan stabilitas finansial dalam jangka panjang.
Dalam menghadapi
ketidakpastian ekonomi seperti yang kita alami selama pandemi Covid-19,
memiliki pemahaman yang kuat tentang keuangan pribadi sangatlah penting. Namun
semuanya kembali lagi pada pokok dari keuangan setiap individu yaitu
Pendapatan. Pendapatan adalah titik awal keuangan pribadi. Ini melingkup
seluruh jumlah arus kas masuk yang terima dan dapat dialokasikan untuk
pengeluaran, tabungan, investasi, dan perlindungan. Pendapatan adalah semua
uang yang kita hasilkan. Ini termasuk gaji, upah, dividen, dan sumber arus kas
masuk lainnya.[6] Simplenya,
mengatur atau mengelola keuangan kita tidak akan berjalan lancer jika kita
tidak memiliki pendapatannya. Kemudian tugas selanjutnya adalah bagaimana kita
mengatur dan mengelola hasil pendapatan tersebut. Nah hal ini menjadi kunci
nantinya keuangan kita bias dikatakan sehat atau tidak. Dengan
mengimplementasikan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan seperti memiliki dana
darurat, melakukan perencanaan keuangan, berinvestasi dengan bijak, mengelola
utang, meningkatkan literasi keuangan, dan memiliki asuransi, kita dapat lebih
siap menghadapi tantangan finansial di masa depan. Sobat finansialita, mari
kita jadikan pengalaman selama pandemi sebagai pelajaran berharga untuk
memperkuat keuangan pribadi kita. Dengan demikian, kita dapat mencapai
kestabilan finansial dan hidup dengan lebih tenang dan sejahtera.
References :
[1] Bank Indonesia. (2020). Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU).
[2] Federal Reserve Bank of St. Louis, FRED. “Personal
Saving Rate.”
[4] Kumajas, L. I., Wuryaningrat, N.
F. “Dana Darurat di Masa Pandemi Covid-19”. Modus Vol. 33 (1): 1-17
[5]
Investopedia. 2024. “Financial Literacy: What it is, and Why it is So Important
to Teach Teens”. By Jason Fernando.
0 Comments